Kehidupan
Masyarakat Prasejarah
1. Zaman Batu
a. Paleolithikum
Paleolitikum
atau zaman batu tua disebut demikian sebab alat-alat batu buatan
manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis.
Apabila dilihat dari sudut mata pencariannya periode ini disebut masa
berburu dan meramu makanan tingkat sederhana. Manusia pendukung zaman
ini adalah Pithecantropus Erectus, Homo Wajakensis, Meganthropus
Paleojavanicus dan Homo Soloensis. Fosil-fosil ini ditemukan di
sepanjang aliran sungai Bengawan Solo. Mereka memiliki kebudayaan
Pacitan dan Ngandong.
ALAT-ALAT ZAMAN PALEOLITHIKUM
Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh alat-alat tersebut adalah:
1. Kapak Genggam
Kapak genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya disebut "chopper" (alat penetak/pemotong)
Kapak genggam berfungsi menggali umbi, memotong, dan menguliti binatang.
2. Kapak Perimbas
Kapak perimbas berfungsi untuk merimbas kayu, memahat tulang dan sebagai senjata.
3. Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa
.
Fungsi dari alat ini adalah untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam
tanah. Selain itu alat ini juga biasa digunakan sebagai alat untuk
menangkap ikan.
4. Flakes
Flakes yaitu alat-alat
kecil yang terbuat dari batu Chalcedon, yang dapat digunakan untuk
mengupas makanan. Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk berburu,
menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan.
http://pendidikan4sejarah.blogspot.com/2012/05/paleolithikum-zaman-batu-tua.html
B. Mesolithikum
Zaman
batu madya atau batu tengah berlangsung pada kala holosen. Perkembangan
kebudayaan pada zaman batu madya berlangsung lebih cepat daripada zaman
batu tua. Karena pendukung kebudayaan ini adalah Homo sapiens (manusia
cerdas) dan keadaan alam pada zaman batu madya tidak seliar pada zaman
batu tua. Sehingga dalam waktu lebih kurang 20.000 tahun manusia telah
mencapai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dari apa yang telah
dicapai pada zaman paleolitikum.
Peninggalan kebudayaan
1. Kebudayaan Tulang Sampung (Sampung Bone Culture)
Di
abris sous roche banyak ditemukan alat-alat batu dan tulang dari zaman
batu madya. Apa yang dimaksud Abris sous roche? : adalah gua-gua yang
digunakan sebagai tempat tinggal.
Hasil kebudayaan yang
ditemukan di gua tersebut adalah alat dari batu, seperti : mata panah,
flake, batu-batu penggiling serta alat-alat dari tulang dan tanduk.
Karena sebagian besar alat-alat yang ditemukan di Sampung berupa
alat-alat dari tulang, maka disebut dengan kebudayaan Tulang Sampung
atau Sampung Bone Culture.
Selain alat-alat dari Sampung ini
ditemukan pula fosil manusia Papua Melanesoid yang merupakan nenek
moyang bangsa Papua dan Melanesia sekarang ini. Alat-alat batu dan
tulang dari zaman batu madya ini juga ditemukan di Besuki, Jawa Timur
oleh Van Heekeren. Di gua-gua Bojonegoro juga ditemukan alat-alat dari
kerang dan tulang bersama dengan fosil manusia Papua Melanesoid.
2. Kebudayan Toala (Flake Culture)
Dua
orang peneliti dari Swiss yaitu Fritz Sarasin dan Paul Sarasin, pada
tahun 1893-1896 mengadakan penelitian di Gua Lamoncong, Sulawesi
Selatan. Gua-gua tersebut masih didiami suku bangsa Toala. Mereka berdua
berhasil menemukan alat-alat serpih (flake), mata panah bergerigi dan
alat-alat lain dari tulang.
3. Kebudayaan Kapak Genggam Sumatra (Pebble Culture)
Van
Stein Callenfeils pada tahun 1925 juga menemukan pebble (kapak
Sumatra), batu-batu penggiling, alu dan lesung batu, kapak pendek (hacke
courte), serta pisau batu.
Kapak Sumatra atau pebble yaitu
sejenis kapak genggam yang terbuat dari batu kali yang dipecah atau
dibilah di mana sisi luarnya tidak diapa-apakan, sedangkan sisi dalamnya
dikerjakan sesuai dengan keperluan.
Kapak pendek atau hacke
courte, yaitu sejenis kapak genggam yang bentuknya kira-kira setengah
lingkaran, dibuat dengan memukuli dan memecahkan batu tanpa diasah,
tajamnya terdapat pada sisi yang lengkung.
Manusia pendukung
Manusia
pendukung kebudayaan mesolitikum adalah manusia dari ras Papua
Melanesoid. Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya fosil-fosil
manusia ras Papua Melanesoid, baik pada kebudayaan Sampung maupun di
bukit kerang di Sumatra..
http://sejarahnasionaldandunia.blogspot.com/2014/09/peninggalan-kebudayaan-batu-madya.html
C. Megalithikum
Zaman
Megalitikum (mega berarti besar dan lithikum atau lithos berarti batu)
disebut juga zaman batu besar. Hasil budayanya berupa bangunan-bangunan
besar yang berfungsi sebagai sarana pemujaan kepada roh nenek moyang.
Adapun hasil budaya Megalitikum ini meliputi: menhir, batu berundak,
dolmen, kubur batu, sarkofagus, waruga, serta berbagai jenis arca
berukuran besar.
Manusia pendukung pada zaman ini adalah Homo Sapiens
1. Menhir
Menhir
adalah tugu atau batu yang tegak, yang sengaja di tempatkan di suatu
tempat untuk memperingati orang yang sudah meninggal. Batu tegak ini
berupa media penghormatan dan sekaligus lambang bagi orang-orang yang
sudah meninggal tersebut.
2. Punden berundak
Punden berundak
merupakan bangunan yang di susun secara bertingkat-tingkat yang di
maksudkan untuk melakukan pemujaan terhadap roh nenek moyang, bangunan
ini kemudian menjadi konsep dasar bangunan candi pada masa hindu-buddha.
.
3. Kubur batu
Bentuknya
mirip seperti bangunan kuburan seperti yang dapat kita lihat saat ini,
umumnya tersusun dari batu yang terdiri dari dua sisi panjang dan dua
sisi lebar. Sebagian besar kubur batu yang di temukan terletak membujur
dari arah timur ke barat.
4. Sarkofagus
Sejenis kubur batu
tetapi memiliki tutup di atasnya, biasanya antara wadah dan tutup
berukuran sama. Pada dinding muka sarkofagus biasanya diberi ukiran
manusia atau binatang yang dianggap memiliki kekuatan magis.
5. Dolmen
Dolmen
merupakan bangunan megalithik yang memiliki banyak bentuk dan fungsi,
sebagai pelinggih roh atau tempat sesaji pada saat upacara. Dolmen
biasanya di letakan di tempat-tempat yang dianggap keramat, atau di
tempat pelaksanaan upacara yang ada hubungannya dengan pemujaan kepada
roh leluhur.
6. Arca batu
Arca batu banyak di temukan di beberapa
tempat di wilayah indonesia, diantaranya pasemah, Sumatra Selatan dan
Sulawesi Tenggara. Bentuknya dapat menyerupai binatang atau manusia
dengan ciri Negrito. Di Pasemah ditemukan arca yang dinamakan Batu
Gajah, yaitu sebongkah batu besar berbentuk bulat diatasnya terdapat
pahatan wajah manusia yang mungkin merupakan perwujudan dari nenek
moyang yang menjadi objek pemujaan.
7. Waruga
kubur atau makam
leluhur orang Minahasa yang terbuat dari batu dan terdiri dari dua
bagian. Bagian atas berbentuk segitiga seperti bubungan rumah dan bagian
bawah berbentuk kotak yang bagian tengahnya ada ruang.
http://www.sridianti.com/peninggalan-zaman-megalitikum.html
D. Neolithikum
ALAT-ALAT ZAMAN NEOLITHIKUM
Pada zaman neolithikum ini alat-alat terbuat dari batu yang sudah dihaluskan.
1. Pahat Segi Panjang
Daerah
asal kebudayaan pahat segi panjang ini meliputi Tiongkok Tengah dan
Selatan, daerah Hindia Belakang sampai ke daerah sungai gangga di India,
selanjutnya sebagian besar dari Indonesia, kepulauan Philipina,
Formosa, kepulauan Kuril dan Jepang.
2. Kapak Persegi
Penampang
kapak persegi tersedia dalam berbagai ukuran, ada yang besar dan kecil.
Yang ukuran besar lazim disebut dengan beliung dan fungsinya sebagai
cangkul/pacul. Sedangkan yang ukuran kecil disebut dengan Tarah/Tatah
dan fungsinya sebagai alat pahat/alat untuk mengerjakan kayu sebagaimana
lazimnya pahat.
3. Kapak Lonjong
Sebagian besar
kapak lonjong dibuat dari batu kali, dan warnanya kehitam-hitaman.
Bentuk keseluruhan dari kapak tersebut adalah bulat telur dengan
ujungnya yang lancip menjadi tempat tangkainya, sedangkan ujung lainnya
diasah hingga tajam. Untuk itu bentuk keseluruhan permukaan kapak
lonjong sudah diasah halus.
4. Kapak Bahu
Kapak jenis
ini hampir sama seperti kapak persegi, hanya saja di bagian yang
diikatkan pada tangkainya diberi leher. Sehingga menyerupai bentuk botol
yang persegi. Daerah kebudayaan kapak bahu ini meluas dari Jepang,
Formosa, Filipina terus ke barat sampai sungai Gangga. Tetapi anehnya
batas selatannya adalah bagian tengah Malaysia Barat. Dengan kata lain
di sebelah Selatan batas ini tidak ditemukan kapak bahu, jadi
neolithikum Indonesia tidak mengenalnya, meskipun juga ada beberapa buah
ditemukan yaitu di Minahasa.
5. Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah)
Jenis
perhiasan ini banyak di temukan di wilayah jawa terutama gelang-gelang
dari batu indah dalam jumlah besar walaupun banyak juga yang belum
selesai pembuatannya. Bahan utama untuk membuat benda ini di bor dengan
gurdi kayu dan sebagai alat abrasi (pengikis) menggunakan pasir. Selain
gelang ditemukan juga alat-alat perhisasan lainnya seperti kalung yang
dibuat dari batu indah pula. Untuk kalung ini dipergunakan juga
batu-batu yang dicat atau batu-batu akik.
6. Pakaian dari kulit kayu
Pada
zaman ini mereka telah dapat membuat pakaiannya dari kulit kayu yang
sederhana yang telah di perhalus. Pekerjaan membuat pakaian ini
merupakan pekerjaan kaum perempuan. Pekerjaan tersebut disertai pula
berbagai larangan atau pantangan yang harus di taati. Sebagai contoh di
Kalimantan dan Sulawesi Selatan dan beberapa tempat lainnya ditemukan
alat pemukul kulit kayu. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang zaman
neolithikum sudah berpakaian.
7. Tembikar (Periuk belanga)
Bekas-bekas
yang pertama ditemukan tentang adanya barang-barang tembikar atau
periuk belanga terdapat di lapisan teratas dari bukit-bukit kerang di
Sumatra, tetapi yang ditemukan hanya berupa pecahan-pecahan yang sangat
kecil. Walaupun bentuknya hanya berupa pecahan-pecahan kecil tetapi
sudah dihiasi gambar-gambar. Di Melolo, Sumba banyak ditemukan periuk
belanga yang ternyata berisi tulang belulang manusia.
http://pendidikan4sejarah.blogspot.com/2011/03/pra-sejarah-neolithikum-zaman-batu-muda_16.html
2. Zaman Logam
A. Zaman Tembaga
Zaman
tembaga merupakan zaman di mana manusia sudah dapat mengelolah logam
tembaga yang di sesuaikan dengan bentuk-bentuk peralatan yang di
butuhkannya, zaman tembaga ini tidak pernah berpengaruh pada kehidupan
masyarakat Indonesia, zaman tembaga berkembang di semenanjung Malaya,
kamboja, Thailand, Vietnam.
B. Zaman perunggu
Disebut
zaman perunggu karena pada zaman ini dihasilkan peralatan kehidupan yang
terbuat dari perunggu. Peralatan itu terbuat dengan dua macam teknik.
Ada yang dibuat dengan teknik cetak hilang. Ada alat yang dibuat dengan
cetak ulang. Peralatan kehidupan yang dibuat dari bahan perunggu
meliputi berikut ini:
1. Nekara, adalah genderang besar yang
terbuat dari perunggu. Biasanya digunakan sebagai alat upacara untuk
mengundang hujan. Nekara terbesar ditemukan di Bali, sekarang nekara itu
disimpan di Pura Besakih. Nekara ini disebut The Moon of Pejeng.
2.
Moko, adalah merupakan genderang kecil yang terbuat dari perunggu.
Biasanya digunakan sebagai alat upacara keagamaan atau sebagai mas
kawin.
3. Kapak corong, disebut juga kapak sepatu, kapak ini
terdiri dari berbagai ukuran. Ada yang bertangkai panjang, ada yang
melengkung ke dalam, dan ada yang cekung di pangkalnya.
4. Arca perunggu, adalah area yang terbuat dari perunggu. Bentuknya beraneka ragam seperti bentuk orang atau binatang.
5.
Bejana perunggu. Bentuk bejana perunggu mirip gitar Spanyol, tetapi
tanpa tangkai. Pola hiasannya menggunakan hiasan anyaman dan huruf.
6.
Perhiasan. Bentuk perhiasan ini biasanya berupa gelang tangan, gelang
kaki, cincin, dan kalung. Sebagian besar perhiasan ditemukan sebagai
bekal kubur.
http://blog-pelajaransekolah.blogspot.com/2013/08/zaman-logam-zaman-tembaga-dan-zaman-besi.html
C. Zaman besi
Pada
masa ini manusia telah dapat melebur besi untuk dituang menjadi
alat-alat yang dibutuhkan, pada masa ini di Indonesia tidak banyak
ditemukan alat-alat yang terbuat dari besi.
Alat-alat yang ditemukan adalah :
· Mata kapak, yang dikaitkan pada tangkai dari kayu, berfungsi untuk membelah kayu
· Mata Sabit, digunakan untuk menyabit tumbuh-tumbuhan
· Mata pisau
. Mata pedang
. Cangkul,dll
Jenis-jenis benda tersebut banyak ditemukan di Gunung Kidul(Yogyakarta), Bogor, Besuki dan Punung (Jawa Timur)